KEGIATAN BELAJAR 2
PENYEBAB DAB DAMPAK MUNCULNYA KEBUTUHAN KHUSUS
A. PENYEBAB
MUNCULNYA KEBUTUHAN KHUSUS
Penyebab kelainan
dapat di kelompokkan berdasarkan masa munculnya kelainan tersebut dan agen
pembawanya. Berdasarkan masa kemunculannya, ada 3 jenis penyebab yaitu :
1. Penyebab prenatal, yaitu penyebab yang beraksi sebelum
kelahiran. Artinya pada masa janin di dalam kandungan, mungkin sang ibu
terserang virus, atau salah minum obat, yang semua ini berakibat bagi munculnya
kelainan pada bayi.
2. Penyebab perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat
atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau proses kelahiran
dengan penyedotan (di-vacum), pemberian oksigen yang terlampau lama pada anak
yang terlahir premature.
3.
Penyebab
postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran. Misalnya kecelakaan,
jatuh, atau kena penyakit tertentu.
Berdasarkan agen pembawa kelainan, dapat di bagi menjadi
dua yaitu :
1.
Penyebab
bawaan (keturunan) misalnya tuna grahita dapat terjadi karena virus infeksi
atau keracunan.
2. Penyebab dapatan terjadi pada kelainan yang muncul pada
masa hidup anak. Misalnya, kelainan yang terjadi karena kecelakaan atau terkena
penyakit tertentu.
B. DAMPAK
KELAINAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS
Ada 3 dampak
kelainan dan kebutuhan khusus yaitu :
1. Dampak Kelainan Bagi Anak
Kelaianan pada anak akan membawa dampak tersendiri. Jenis
dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi anak. Kelainan yang ada di
atas normal, yaitu anak yang mempunyai kemampuan atau bakat luar biasa atau
yang di sebut anak berbakat, barang kali akan mempunyai dampak yang sangat
positif terhadap anak – anak ini. Mereka akan merasa bangga dengan kelainan
yang dimilikinya. Namun, jika anak tersebut tidak tertangani dengan baik anak
ini akan menjadi sombong dan merendahkan teman – teman lainnya. Sebaliknya bagi
anak yang mempunyai kelainan di bawah normal, kelainan tersebut mempunyai
dampak yang umumnya menghambat perkembangan anak, lebih – lebih apa bila tidak
mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya.
Jenis kelainan pada anak juga menimbulkan dampak yang
spesifik. Misalnya, anak tuna rungu akan mendaptkan hambatan dalam
berkomunikasi, anak tuna netra akan mendapatkan hambatan dalam mobilitas, anak
tuna grahita akan mendapatkan hambatan dalam banyak hal termasuk dalam
mengembangkan keterampilan hidup sehari – hari atau menolong diri sendiri.
2.
Dampak Kelainan Bagi Keluarga
Reaksi/sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa
salah satu anggota keluarganya dipengaruhi oleh bayang faktor, di antaranya
tingkat pendidikan, latar belakang budaya, setatus sosial ekonomi keluarga.
Keluarga yang berpendidikan dan berasal dari latar belakang budaya tertentu
mungkin akan menerima kelaianan yang diderita oleh anaknya karena anak dianggap
sebagai anugrah Tuhan yang wajib diberi kasih sayang.
Jenis dan tingkat kelainan juga menentuakan reaksi
keluarga terhadap kelainan ini. Keluarga yang memiliki anak berbakat akan
menjadi merasa bangga akan anknya. Namun tidak jarang juga ada keluarga yang
tidak peduli sehingga kemampuan luarbianya yang dimiliki anak tidak berkembang.
3.
Dampak Kelainan Bagi Masyarakat
Sikap masyarakat mungkin bervariasi tergantung dari latar
belakang sosial budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati bahkan
ikut membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh, bahka
tidak jarang ada yang bersikap antipati sehingga melarang anak – anaknya untuk
bergaul atau berteman dengan ABK.
Sehubung dengan dampak keberadaan ABK, masyarakat di
Indonesia sudah banyak yang peduli terhadap ABK. Ini di buktikan dengan adanya
pendirian berbagai sekolah luar biasa (SLB) yang di prakarsai oleh masyarakat.
PENDIDIKAN ANAK TUNA NETRA
KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI PENYEBAB
DAN CARA PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN
A.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNA NETRA
Orang
tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta
total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulis biasa berukuran 12 poin dalam
kedaan cahaya normal meskipun di bantu dengan kaca mata (kurang awas).
Terdapat
sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi sehubung
dengan kehilangan penglihatan, yakni sebagai berikut :
1.
Definisi
Legal
Yaitu definisi
berdasarkan perundang – undangan. Dalam definisi legal ini ada dua spek yang di
ukur yaitu :
a.
Ketajaman
penglihatan (visual acuity)
b.
Medan
pandang (visual field)
2.
Definisi
Edukasional/Fungsional
Yaitu definisi
untuk tujuan pendidikan. Secara edukasional, seseorang dikatan tuna netra
apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode
khusus atau teknik – teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa
penglihatan atau dengan penglihatan yang terbatas.
B.
PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN
Berikut ini
beberapa kondidi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, yang di urut secara
alfabetis.
1.
Albinisme
Adalah kondisi yang
herediter di mana terdapat kekurangan pigmen pada sebagian atau seluruh tubuh.
2.
Amblyopia
Adalah gangguan
penglihatan yang buruk yang tidak di akibatkan oleh suatu penyakit yang dapat
teramati, dan yang tidak dapat di koreksi dengan kaca mata.
3.
Buta
Warna
Pada umumnya
kebutaan warna ini mengenai kedua belah mata, sering kali berupa hilangnya
persepsi terhadap satu atau dua warna dasar (buta warna merah hijau merupakan
jenis bawaan yang paling umum). Tetapi kadang – kadang buta warna total
sehingga melihatnya hanya hitam dan putih.
4.
Cedera
(Trauma) dan Radiasi
Ini di sebabkan
misalnya petani yang menggunakan amonia atau zat kimia yang terkena mata.
5.
Defisiensi
Vitamin A – Xerophtalmia
Defisiensi vitamin
A merupakan salah satu penyebab utama ketunanetraan pada anak – anak Indonesia.
Defiensi vitamin A dapat mempengaruhi organ – organ tubuh yang lain selain dari
mata.
6.
Glaukoma
Glaukoma di
sebabkan cairan bening di bagian depan mata tidak mengalir keluar sebagai mana
mestinya., sehingga tekanan yang yang berlebihan terjadi di dalam bola mata.
Apa bila tekanan tidak di kendalikan akan menyebabkan kebutaan.
7.
Katarak
Kekeruhan atau keburaman
pada lensa matasehingga menghambat masuknya cahaya ke dalam mata.
8.
Kelainan
Mata Bawaan
Yaitu kebutaan yang
sudah ada sejak lahir.
9.
Myopia
Yaitu gangguan
penglihatan jarak dekat
10. Nistagmus
Yaitu gerakan –
gerakan otot mata yang menghentak – hentak secara tak sadar dan terus menerus.
11. Opthalmia Neonatorum
Yaitu peradangan
mata pada bayi yang baru lahir.
12. Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea
Salah lihat dapat
terjadi cedera pada kornea atau gangguan pada kornea.
13. Retinitis Pigmentosa (RP)
Kondisi ini
ditandai dengan degenerasi retina dan choroid, biasanya disertai dengan
perkembangan pigmen yang berlebihan.
14. Retinopati Diabetika
Penyakit ini
disebabkan diabetis yang berkepanjangan.
15. Retinopathy Of Prematurity
Ini disebabkan
pembedahan bayi yang baru lahir (bayi prematur)
16. Sebeknya dan Lepasnya Retina
Ini di sebabkan
sebagai bagian dari proses penuaan.
17. Strabismus
Ini di sebabkan oleh
ketidak seimbangan otot – otot mata.
18. Trakoma
Ini disebabkan oleh
virus yang menyerang kelopak mata dan kornea.
19. Tumor
Ini disebabkan
adanya tumor di bagian mata.
20. Uveitis
Yaitu peradangan
mata pada bagian uveitis, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan retina.
C.
PENCAGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN
Secara
Internasional, WHO mempunyai satu strategiyang terdiri dari 3 langkah untuk
memerangi kebutaan dan kurang awas yaitu sebagai berikut :
1.
Memperkuat
program kesehatan dasar mata di dalam progam pelayanan kesehatan dasar untuk
menhapus faktor – faktor pentebabnya yang dapat di cegah.
2.
Mengembangkan
pelayanan terapi dan pembedahan untuk menangani secara efektif gangguan matayang
dapat di sembuhkan.
3.
Mendirikan
pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra.
Setrategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak
dikembangkan atas tiga tingkat sebagai berikut :
1.
Pencegahan
primer : pencegahan berjangkitnya penyakit.
2.
Pencegahan
sekunder : pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan serta
hilangnya penglihatan bila penyakit telah berjangkit.
3.
Pencegahan
tersier : minimalisasi ketunanetraan yang di akibatkan oleh penyakit atau
cedera yang telah di alami.
KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SESEORANG
INDIVIDU
A. PROSES
PENGINDRAAN
Organ – organ
pengindraan berfungsi memperoleh infor masi dari lingkungan dan mengirimkannya
ke otak untuk di proses, disamping, dan di tindak lanjuti. Masing – masing
organ peng indraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda – beda. Informasi
visual seperti warna dan citra bentuk di peroleh melalui mata.
B. TATIHAN
KETERAMPILAN PENGINDRAAN
1. Indra Pendengaran
Melalui latihan, pendengaran menjadi peka terhadap bunyi – bunyi kecil
seperti tetesan air dari kran yang bocor, desau komputer yang lupa tidak di
matikan, atau desis kompor gas yang tidak dimatikan secara sempurna.
2. Indra Peraba
Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra
perabatongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan tetapi juga memberi
informasi tentang tekstur permukaan jalan sehingga orang tunanetra dapat
mengetahui apakan yang akan di ijaknya itu tanah becak, rumput, semen, dam lain
– lain.
3. Indra Penciuman
Indra penciuman anak tuna netra dikembangkan untuk membantunya mengenali
lingkungan.
4. Sisa Indra Penglihatan
Sebagaian besar orang yang dikatagorikan sebagai tuna netra masih mempunyai
sisa penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi, begitu pula untuk
memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.
C. VISUALISASI,
INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBYEK
1.
Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam
lingkungannya membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan ingatan visual
(peta mental), ingatan kinestetis, serta persepsi obyek.
2.
Ingatan Kinestetis
Ingatan kinestetis adalah ingatak tentang kesadaran gerak otot yang di
hasilkan oleh interaksi antara indra peraba dan keseimbangan (yang dikontrol
oleh sistem vestibular, yang berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam.
3.
Persepsi Obyek (Object Perception)
Kemampuan persepsi objek ini perlu dilatihkan kepada anak – anak tunanetra.
Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang mampu menggunakan persepsi ini dengan
baik dapat melindungi dirinya dari menabrak benda – benda besar, dan
mendapatkan rasa aman bila berjalan di sepanjang pagar tinggi atau dinding
bangunan tanpa menyentuh dengan tangannya atau tongkatnya.
D. BAGAIMANA
CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
1.
Cara Menuntun Orang Tuna Netra
a.
Kontak
Pertama
Setelah atau sambil
mengkomunikasikan tawaran Anda untuk menuntun, sentuhlah punggung tangan anda
kepunggungtangannya. Ini dimaksudkan agar orang tuna netra dapat mengetahui
dengan pasti bagian lengan anda yang harus di pegang sebagai tumpuan tuntunan.
b.
Jalan
Sempit
Bila berjalan
melalui jalan sempit seperti jalan di antara baris – baris kursi, pintu,
pematangan, dan sebagainya yang tidak cukup di lalui dua orangyang berjalan
berdampingan, tariklah lengan anda ke belakang punggung anda dia akan merspon
dengan meluruskan lengannya sehingga akan berjalan satu langkah di belakang
anda.
2.
Cara Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda kepada
seorang tunanetra, anda tidak sekedar meninjuk sembil mengatakan kesana “atau
kesini”. Anda harus spesifik. Misalnya, kekiri 10 meter ke depan, di sebelah
kiri, 5 langkah ke kanan diatas TV dan sebagainya.
KEGIATAN BELAJAR 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA
DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF
A. KEBUTUHAN
KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA
Kebutuhan
pendidikan khusus yang di ciptakan oleh ketunanetraan itu dapat di rangkum
sebagai berikut :
1. Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya
perkembangan konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif,
berdampak sangan buruk bagi perkembangan sosial, emosi, akademik, dan
vokasionalnya.
2. Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media
alternatif, menggunakan indra – indra lain.
3. Siswa tuna netra sering memerlukan pengajaran secara
individual karena pengajaran klasikal untuk belajar ketrampilan – keterampilan
khusus mungkin tidak akan begitu bermakna baginya.
4. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan –
keterampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus untuk belajar
melalui media alternatif.
5.
Siswa
tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara insidental
karena mereka tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil yang terjadi di
lingkungannya.
Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya
bersama dengan teman – teman sebayanya yang awas, sekolah harus memperhatikan
kebutuhan khususnya, terutama yang terkai dengan ketunanetraannya, dan sekolah
harus berusaha memenuhi kebutuhan khususnya.
B. STRATEGI
DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dasrnya adalah pendaya gunaan secara tepat dan
optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan
belajar, dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan
efektif dan efisien.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat di bedakan menjadi
a.
Media
untuk menjelaskan konsep (alat peraga)
b.
Media
untuk membentu kelancaran proses pembelajaran (alat bantu pembelajaran)
C. EVALUSI
PEMBELAJARAN
Evaluasi terhadap
pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra pada dasarnya sama dengan yang
dilakukan terhadap anak awas, namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut
materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan yang
diajukan kepada anak tunanetra tidak mengandung unsur – unsur yang memerlukan
persepsi visual dan apa bila menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan
dalam huruf braille atau menggunakan rider apabila menggunakan huruf awas.
MODUL 6
PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNA
GRAHITA
KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI,
PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN TUNA GRAHITA
A. DEFINISI
TUNAGRAHITA
1. Pengertian
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang
kondisi kecerdasannya di bawah rata – rata. Dalam bahasa Indonesia istilah yang
pernah di gunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi
mental, keterbelakangan mental, cacat grahita, dan tunagrahita.
2. Pengertian
Tunagrahita yaitu anak yang fungsi intelektual umum yang secara nyata
berada di bawah rata – rata bersama dalam kekurangan tingkah laku penyesuaian
dan berlangsung pada masa perkembangannya.
B. KLASIFIKASI
ANAK TUNA GRAHITA
Klasifikasi yang di
gunakan sekarang adalah sebagai berikut :
1. Mild mental retardation (tunagrahita IQnya 70 – 55
ringan).
2. Moderate mental retardation (tunagrahita IQnya 55 – 40
sedang).
3. Profound mental retardation (tunagrahita IQnya 25 ke
bawah sangat berat).
C. PENYEBAB
DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN
1. Penyebab Ketunagrahitaan
a.
Penyebab
genetik dan kromosom
Ini di sebabkan
dari gen orang tua yang mengalami kekurangan produksi enzim.
b.
Penyebab
Pada Prakelahiran
Ini disebabkan
penyakit Rubbela (campak Jerman) pada janin
c.
Penyebab
pada saat kelahiran
Di sebabkan karena
kelahiran prematur
d.
Penyebab
– Penyebab Selama Masa Perkembangan Anak – Anak dan Remaja
Ini disebabkan
karena adanya penyakit radang selaput otak sehingga mengakibatkan kerusakan
otak.
2. Usaha Pencegahan Ketunagrahitaan
Alternatif yang dapat di lakukan di antaranya adalah mengadakan penyuluhan
genetik, pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil, sanitasi
lingkungan, imunisasi, intervensi dini, dan diet sesuai ahli kesehatan.
KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNAGRAHITAAN
A. DAMPAK
KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
1. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
a.
Apa
bila mereka di beri pelajaran matematika hanya berkisar beberapa menit mereka
akan mengatakan bosan, susah, mengantuk.
b.
Apa
bila anak normal mendapatkan mainan baru ia langsung memainkannya dengan
memeriksa mainan itu. Akan tetapi sebaliknya tidak jarang anak tuna grahita
akan diam.
2. Dampak Sosial/Emosional
Damapak sosial/emosional tunagrahita dapat berasal dari ketidak mampuannya
dalam menerima dan melaksanakan norma sosial dan pandangan masyarakat yang
masih menyamakan keberadaan anak tunagrahita dengan anggota masyarakat
lainnyaatau masysrakat masih menggap bahwa anak tuna grahita tidak dapat berbuat
sesuatu karena kutunagrahitaan.
3. Dampak Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua
dari anak normal.
B. DAMPAK
DITINJAU DARI TINGKAT KETUNAGRAHITAAN
1. Tunagrahita Ringan
Anak yang tunagrahitanya ringan masih mampu melakukan kegiatan bina diri
seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi, adaptasi
sosial, dan melakukan tata laksana rumah sehingga dalam hal ini mereka tidak
tergantung dengan orang lain.
2. Tunagrahita Sedang
Anak yang ketunagrahitaannya sedang tidak dapat melakukan kegiatan bina
diri khususnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, mereka akan sedikit
menggantungkan dirinya kepada orang tua atau orang terdekatnya.
3. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Dampak ketunagrahitaan pada tingkat ini lebih berat dari yang dikemukakan
diatas. Karena itu mereka membutuhkan bantuan secara terus menerus dalam
kehidupannya.
C. DAMPAK
DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA KETUNAGRAHITAAN
Disamping dampak
ketunagrahitaan menurut tingkat ketunagrahitaan, waktu munculnya
ketunagrahitaan pun mempengaruhi hambatan yang diderita oleh anak. Anak
tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan baik terhadap rangsangan yang di
perolehnya.
Dampak
ketunagrahitaan pada masa sekolah penting dikenal oleh guru karena kebanyakan
mereka langsung masuk sekolah ke sekolah biasa. Bisanya anak yang masuk
kesekolah umum tergolong tunagrahita ringan karena tidak memperlihatkan ciri –
ciri khusus dalam segi fisik.
Selanjutnya dampak
ketunagrahitaan pada masa puber adalah pertumbuhan fisik berkembang normal,
tetapi perkembangan berfikir dan kepribadian berada dibawah usianya.
KEGIATAN BELAJAR 3
KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL
PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
A. KEBUTUHAN
KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA
1. Kebutuhan Pendidikan
Sama dengan anak normal anak tunagrahita juga membutuhkan pendidikan.
Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh individu.
2. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi
Tunagrahita sebagaimana individu pada umumnya membutuhkan sosialisasi.
Namun, untuk mewujudkan kebutuhan itu mereka mengalami kesulitan karena
kelainannya, dan respon lingkungan yang kurang memahami keberadaan anak
tunagrahita.
3. Kebutuhan Fisisk dan Kesehatan
Kebutuhan fisik dan kesehatan erat kaitannya dengan derajat
ketunagrahitaan. Bagi tuagrahita sedang dan berat kemungkinan mereka mengalami
gangguan fisik dan ketidak mampuan dalam memelihara diri sehingga mereka
cenderung mengalami sakit.
B. Profil
Pendidikan Anak Tunagrahita
1. Tujuan Pendidikan Anak tunagrahita
a.
Tujuan
pendidikan anak tunagrahita ringan
1)
Agar
dapat mengurus dan membina diri.
2)
Agar
dapat bergaul di masyarakat.
3)
Agar
dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya
b.
Tujuan
pendidikan anak tunagrahita sedang
1)
Agar
dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian dan kebersihan badan.
2)
Agar
dapat bergaul dengan anggota keluarga dan teman.
3)
Agar
dapat mengerjakan sesuatu secara sederhana dan rutin.
c.
Tujuan
pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat
1)
Agar
dapat mengurus diri secara sederhana.
2)
Agar
dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat.
3)
Agar
dapat bergembira
2. Ciri Khas Pelayanan
Ciri – ciri khusus
1)
Bahasa
yang digunakan
Bahasa yang di
gunakan adalah bahasa yang sederhana, tidak berbelit, jelas, dan gunakan kata –
kata yang sering di dengar oleh anak.
2)
Penempatan
anak tunagrahita di kelas
Anak tunagrahita di
tempatkan di bagian depan kelas dan berdekatan dengan anak yang kira – kira
hampir sama kemampuannya.
3)
Ketersedian
program khusus
Sebaiknya perlu
disediakan progran khusus untuk anak tunagrahita yang kemingkinan mengalami
kesulitan.
3. Materi
Materi pelajaran untuk anak tuna grahita harus lebih mengutamakan materi
pelajaran yang mempunyai ciri kecapatan motorik atau yang mengandung unsur –
unsur praktik.
4. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita akan
mendukung tercapainya suasana belajar yang baik dan pada akhirnya tercapai
tujuan belajar. Strategi yang mungkin efektif yang di gunakan pada sekolah umum
adalah setrategi pembelajaran yang diindividulisasikan dan kooperatif dan
modifikasi tingkah laku.
5. Media
Media yang digunakan pada anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang
digunakan pada pendidikan anak biasa.
6. Sarana
Sarana belajar untuk anak tunagrahita adalah sama dengan sarana yang
digunakan pada pendidikan pada umumnya.
7. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang ada pada pendidikan anak tunagrahita adalah
perlunya alat terapi bicara, alat permainan, miniatur yang berkaitan dengan
pelajaran.
8. Evaluasi
Evalusi
anak tunagrahita mengacu pada evaluasi belajar anak biasa. Hanya saja perlu
dimodifikasi dalam waktu pelaksanaan evaluasi, alat evaluasi, kriteria
keberhasilan dan pencatatan hasil evaluasi.
MODUL 9
MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SD BIASA
KEGIATAN BELAJAR 1
IDENTIFIKASI DAN ASASMEN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. IDENTIFIKASI
ABK
Tujuan utama
identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan dan
jenis kelainan yang di sandangnya. Identifikasi di dasarkan pada asumsi bahwa
anak – anak yang menyandang kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang
sedikit banyak berbeda dari yang semestinya. Identifikasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti obsevasi, wawancara, dan tes sederhana.
Keberhasilan identifikasi tergantung dari banyak faktor, antara laian mantapnya
pengetahuan guru tentang karakteristik perilaku ABK dari berbagai jenis, serta
kepekaan guru terhadap munculnya gejala kelainan.
B. ASAAMEN
Asamen adalah satu
proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi tetang perilaku anak yeng
berkaitan dengan pendidikan, yang hasilnya kan digunakan untuk penempatan dan
mengembangkan program pendidikan untuk anak tersebut. Asamen biasanya bersifat
sangat formal dan ketat, melibatkan satu tim yang terdiri dari para pendidik
dan para ahli dari bidang kelinan terkait. Instrumen yang digunakan pada
umumnya berupa tes, baik yang bersifat formal maupun informal. Namun untuk
situasi Indonesia, lebih – lebih untk asamen ABK yang mungkin ada disekolah
biasa, instrumen yang digunakan adalah instrumen informal, yang dapat dibuat
oleh guru sendiri.
Asesmen mempunyai 5
kode etik yaitu :
1. Tanpa kecerobohan
2. Tanpa jalan pintas
3. Objektif dalam memberi skor
4. Anggota tim tidak diwakili
5.
Tidak
diskriminatif
Yang wajib ditaati oleh para guru/para profesional yang
melakukan asasmen.
KEGIATAN BELAJAR 2
TINDAK LANJUT PELAYANAN
PENDIDIKAN BAGI ABK
A. MENGIDENTIFIKASI
JENIS LAYANAN PENDIDIKAN YANG DI BUTUHKAN ABK
Penetapan jenis
layanan pendidikan di lakukan melalui langkah – langkah yaitu :
1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa.
2. Mendekriksikan kemampuan nyata yang dikusai berdasarkan
hasil asamen.
3. Membandingkan kemampuan ideal dengan kemampuan nyata
4. Mendeskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal dengan
kemampuan nyata.
B. MENGEMBANGKAN
PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN
Hasil asamen dan
segala usaha untk menafsirkan kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK yang ada di
kelas kita tidak akan ada artinya, jika tidak kita tindaklanjuti dengan
pengembangan program. Idealnya pengembangan program ini di lakukan juga oleh
sebuah tim yang menangani ini sejak tahap identifikasi. Program yang disusun
adalah Program Pengajaran Yang Individual (PPI) karena memang program tersebut
di peruntukkan bagi anak secara individual. PPI memuat identitas siswa secara
jelas, lengkap dengan masalah dan kemampuan yang dikuasai, serta di lengkapi
dengan komponen rancangan pembelajaran, yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan
penilaian.
C. PELAKSANAAN
PROGRAM
Bagi anak tertentu
yang tidak mungkinditangani oleh guru, perlu dilakukan tindakan yaitu merujuk
atau mengirim siswa ke ahli lain untuk asasmen dan pelayanan program.
Pelaksanaan program
dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai hal yang diperlukan
seperti :
1. Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana
pada PPI.
2. Materi pelajaran serta media yang diperlukan.
3. Lembar observasi.
D. PENILAIAN
PROGRAM PELAYANAN PENDIDIKAN
Penilaian program
dilakukan selama layanan pendidikan diberikan dan pada akhir program. Hasil
penilaian dalam proses di gunakan untuk perbaikan langsung, sedangkan hasil
penilaian akhir di gunakan untuk menkaji ulang seluruh komponen program.
Kolaborasi dengan anggota tim dilakukan sejak perencanaan sampai dengan
penilaian program.