Kamis, 27 November 2014

ABK

KEGIATAN BELAJAR 2
PENYEBAB DAB DAMPAK MUNCULNYA KEBUTUHAN KHUSUS

A.    PENYEBAB MUNCULNYA KEBUTUHAN KHUSUS

Penyebab kelainan dapat di kelompokkan berdasarkan masa munculnya kelainan tersebut dan agen pembawanya. Berdasarkan masa kemunculannya, ada 3 jenis penyebab yaitu :
1.     Penyebab prenatal, yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya pada masa janin di dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus, atau salah minum obat, yang semua ini berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi.
2.     Penyebab perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau proses kelahiran dengan penyedotan (di-vacum), pemberian oksigen yang terlampau lama pada anak yang terlahir premature.
3.     Penyebab postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran. Misalnya kecelakaan, jatuh, atau kena penyakit tertentu.
Berdasarkan agen pembawa kelainan, dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1.     Penyebab bawaan (keturunan) misalnya tuna grahita dapat terjadi karena virus infeksi atau keracunan.
2.     Penyebab dapatan terjadi pada kelainan yang muncul pada masa hidup anak. Misalnya, kelainan yang terjadi karena kecelakaan atau terkena penyakit tertentu.

B.    DAMPAK KELAINAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS

Ada 3 dampak kelainan dan kebutuhan khusus yaitu :
1.     Dampak Kelainan Bagi Anak
Kelaianan pada anak akan membawa dampak tersendiri. Jenis dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi anak. Kelainan yang ada di atas normal, yaitu anak yang mempunyai kemampuan atau bakat luar biasa atau yang di sebut anak berbakat, barang kali akan mempunyai dampak yang sangat positif terhadap anak – anak ini. Mereka akan merasa bangga dengan kelainan yang dimilikinya. Namun, jika anak tersebut tidak tertangani dengan baik anak ini akan menjadi sombong dan merendahkan teman – teman lainnya. Sebaliknya bagi anak yang mempunyai kelainan di bawah normal, kelainan tersebut mempunyai dampak yang umumnya menghambat perkembangan anak, lebih – lebih apa bila tidak mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya.
Jenis kelainan pada anak juga menimbulkan dampak yang spesifik. Misalnya, anak tuna rungu akan mendaptkan hambatan dalam berkomunikasi, anak tuna netra akan mendapatkan hambatan dalam mobilitas, anak tuna grahita akan mendapatkan hambatan dalam banyak hal termasuk dalam mengembangkan keterampilan hidup sehari – hari atau menolong diri sendiri.
2.     Dampak Kelainan Bagi Keluarga

Reaksi/sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu anggota keluarganya dipengaruhi oleh bayang faktor, di antaranya tingkat pendidikan, latar belakang budaya, setatus sosial ekonomi keluarga. Keluarga yang berpendidikan dan berasal dari latar belakang budaya tertentu mungkin akan menerima kelaianan yang diderita oleh anaknya karena anak dianggap sebagai anugrah Tuhan yang wajib diberi kasih sayang.
Jenis dan tingkat kelainan juga menentuakan reaksi keluarga terhadap kelainan ini. Keluarga yang memiliki anak berbakat akan menjadi merasa bangga akan anknya. Namun tidak jarang juga ada keluarga yang tidak peduli sehingga kemampuan luarbianya yang dimiliki anak tidak berkembang.

3.     Dampak Kelainan Bagi Masyarakat

Sikap masyarakat mungkin bervariasi tergantung dari latar belakang sosial budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh, bahka tidak jarang ada yang bersikap antipati sehingga melarang anak – anaknya untuk bergaul atau berteman dengan ABK.
Sehubung dengan dampak keberadaan ABK, masyarakat di Indonesia sudah banyak yang peduli terhadap ABK. Ini di buktikan dengan adanya pendirian berbagai sekolah luar biasa (SLB) yang di prakarsai oleh masyarakat.


















PENDIDIKAN ANAK TUNA NETRA
KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN

A.         DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNA NETRA
Orang tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulis biasa berukuran 12 poin dalam kedaan cahaya normal meskipun di bantu dengan kaca mata (kurang awas).
Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi sehubung dengan kehilangan penglihatan, yakni sebagai berikut :
1.     Definisi Legal
Yaitu definisi berdasarkan perundang – undangan. Dalam definisi legal ini ada dua spek yang di ukur yaitu :
a.      Ketajaman penglihatan (visual acuity)
b.     Medan pandang (visual field)
2.     Definisi Edukasional/Fungsional
Yaitu definisi untuk tujuan pendidikan. Secara edukasional, seseorang dikatan tuna netra apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik – teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang terbatas.

B.         PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN
Berikut ini beberapa kondidi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, yang di urut secara alfabetis.
1.     Albinisme
Adalah kondisi yang herediter di mana terdapat kekurangan pigmen pada sebagian atau seluruh tubuh.
2.     Amblyopia
Adalah gangguan penglihatan yang buruk yang tidak di akibatkan oleh suatu penyakit yang dapat teramati, dan yang tidak dapat di koreksi dengan kaca mata.
3.     Buta Warna
Pada umumnya kebutaan warna ini mengenai kedua belah mata, sering kali berupa hilangnya persepsi terhadap satu atau dua warna dasar (buta warna merah hijau merupakan jenis bawaan yang paling umum). Tetapi kadang – kadang buta warna total sehingga melihatnya hanya hitam dan putih.
4.     Cedera (Trauma) dan Radiasi
Ini di sebabkan misalnya petani yang menggunakan amonia atau zat kimia yang terkena mata.
5.     Defisiensi Vitamin A – Xerophtalmia
Defisiensi vitamin A merupakan salah satu penyebab utama ketunanetraan pada anak – anak Indonesia. Defiensi vitamin A dapat mempengaruhi organ – organ tubuh yang lain selain dari mata.
6.     Glaukoma
Glaukoma di sebabkan cairan bening di bagian depan mata tidak mengalir keluar sebagai mana mestinya., sehingga tekanan yang yang berlebihan terjadi di dalam bola mata. Apa bila tekanan tidak di kendalikan akan menyebabkan kebutaan.
7.     Katarak
Kekeruhan atau keburaman pada lensa matasehingga menghambat masuknya cahaya ke dalam mata.
8.     Kelainan Mata Bawaan
Yaitu kebutaan yang sudah ada sejak lahir.
9.     Myopia
Yaitu gangguan penglihatan jarak dekat
10.  Nistagmus
Yaitu gerakan – gerakan otot mata yang menghentak – hentak secara tak sadar dan terus menerus.
11.  Opthalmia Neonatorum
Yaitu peradangan mata pada bayi yang baru lahir.
12.  Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea
Salah lihat dapat terjadi cedera pada kornea atau gangguan pada kornea.
13.  Retinitis Pigmentosa (RP)
Kondisi ini ditandai dengan degenerasi retina dan choroid, biasanya disertai dengan perkembangan pigmen yang berlebihan.
14.  Retinopati Diabetika
Penyakit ini disebabkan diabetis yang berkepanjangan.
15.  Retinopathy Of Prematurity
Ini disebabkan pembedahan bayi yang baru lahir (bayi prematur)
16.  Sebeknya dan Lepasnya Retina
Ini di sebabkan sebagai bagian dari proses penuaan.
17.  Strabismus
Ini di sebabkan oleh ketidak seimbangan otot – otot mata.
18.  Trakoma
Ini disebabkan oleh virus yang menyerang kelopak mata dan kornea.
19.  Tumor
Ini disebabkan adanya tumor di bagian mata.
20.  Uveitis
Yaitu peradangan mata pada bagian uveitis, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan retina.
C.         PENCAGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN
Secara Internasional, WHO mempunyai satu strategiyang terdiri dari 3 langkah untuk memerangi kebutaan dan kurang awas yaitu sebagai berikut :
1.     Memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam progam pelayanan kesehatan dasar untuk menhapus faktor – faktor pentebabnya yang dapat di cegah.
2.     Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan untuk menangani secara efektif gangguan matayang dapat di sembuhkan.
3.     Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra.
Setrategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak dikembangkan atas tiga tingkat sebagai berikut :
1.     Pencegahan primer : pencegahan berjangkitnya penyakit.
2.     Pencegahan sekunder : pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan serta hilangnya penglihatan bila penyakit telah berjangkit.
3.     Pencegahan tersier : minimalisasi ketunanetraan yang di akibatkan oleh penyakit atau cedera yang telah di alami.

KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SESEORANG INDIVIDU

A.    PROSES PENGINDRAAN
Organ – organ pengindraan berfungsi memperoleh infor masi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk di proses, disamping, dan di tindak lanjuti. Masing – masing organ peng indraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda – beda. Informasi visual seperti warna dan citra bentuk di peroleh melalui mata.

B.    TATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN
1.     Indra Pendengaran
Melalui latihan, pendengaran menjadi peka terhadap bunyi – bunyi kecil seperti tetesan air dari kran yang bocor, desau komputer yang lupa tidak di matikan, atau desis kompor gas yang tidak dimatikan secara sempurna.
2.     Indra Peraba
Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra perabatongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan tetapi juga memberi informasi tentang tekstur permukaan jalan sehingga orang tunanetra dapat mengetahui apakan yang akan di ijaknya itu tanah becak, rumput, semen, dam lain – lain.
3.     Indra Penciuman
Indra penciuman anak tuna netra dikembangkan untuk membantunya mengenali lingkungan.


4.     Sisa Indra Penglihatan
Sebagaian besar orang yang dikatagorikan sebagai tuna netra masih mempunyai sisa penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi, begitu pula untuk memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.

C.    VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBYEK

1.     Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan ingatan visual (peta mental), ingatan kinestetis, serta persepsi obyek.

2.     Ingatan Kinestetis
Ingatan kinestetis adalah ingatak tentang kesadaran gerak otot yang di hasilkan oleh interaksi antara indra peraba dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular, yang berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam.

3.     Persepsi Obyek (Object Perception)
Kemampuan persepsi objek ini perlu dilatihkan kepada anak – anak tunanetra. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang mampu menggunakan persepsi ini dengan baik dapat melindungi dirinya dari menabrak benda – benda besar, dan mendapatkan rasa aman bila berjalan di sepanjang pagar tinggi atau dinding bangunan tanpa menyentuh dengan tangannya atau tongkatnya.

D.    BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA

1.     Cara Menuntun Orang Tuna Netra
a.      Kontak Pertama
Setelah atau sambil mengkomunikasikan tawaran Anda untuk menuntun, sentuhlah punggung tangan anda kepunggungtangannya. Ini dimaksudkan agar orang tuna netra dapat mengetahui dengan pasti bagian lengan anda yang harus di pegang sebagai tumpuan tuntunan.
b.     Jalan Sempit
Bila berjalan melalui jalan sempit seperti jalan di antara baris – baris kursi, pintu, pematangan, dan sebagainya yang tidak cukup di lalui dua orangyang berjalan berdampingan, tariklah lengan anda ke belakang punggung anda dia akan merspon dengan meluruskan lengannya sehingga akan berjalan satu langkah di belakang anda.



2.     Cara Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda kepada seorang tunanetra, anda tidak sekedar meninjuk sembil mengatakan kesana “atau kesini”. Anda harus spesifik. Misalnya, kekiri 10 meter ke depan, di sebelah kiri, 5 langkah ke kanan diatas TV dan sebagainya.


KEGIATAN BELAJAR 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

A.    KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA

Kebutuhan pendidikan khusus yang di ciptakan oleh ketunanetraan itu dapat di rangkum sebagai berikut :
1.     Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangan buruk bagi perkembangan sosial, emosi, akademik, dan vokasionalnya.
2.     Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternatif, menggunakan indra – indra lain.
3.     Siswa tuna netra sering memerlukan pengajaran secara individual karena pengajaran klasikal untuk belajar ketrampilan – keterampilan khusus mungkin tidak akan begitu bermakna baginya.
4.     Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan – keterampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus untuk belajar melalui media alternatif.
5.     Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara insidental karena mereka tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil yang terjadi di lingkungannya.
Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama dengan teman – teman sebayanya yang awas, sekolah harus memperhatikan kebutuhan khususnya, terutama yang terkai dengan ketunanetraannya, dan sekolah harus berusaha memenuhi kebutuhan khususnya.

B.    STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1.     Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dasrnya adalah pendaya gunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar, dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan efisien.
2.     Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat di bedakan menjadi
a.      Media untuk menjelaskan konsep (alat peraga)
b.     Media untuk membentu kelancaran proses pembelajaran (alat bantu pembelajaran)

C.    EVALUSI PEMBELAJARAN

Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra pada dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap anak awas, namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan yang diajukan kepada anak tunanetra tidak mengandung unsur – unsur yang memerlukan persepsi visual dan apa bila menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf braille atau menggunakan rider apabila menggunakan huruf awas.



























MODUL 6
PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNA GRAHITA

KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN TUNA GRAHITA

A.    DEFINISI TUNAGRAHITA

1.     Pengertian
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata – rata. Dalam bahasa Indonesia istilah yang pernah di gunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, keterbelakangan mental, cacat grahita, dan tunagrahita.
2.     Pengertian
Tunagrahita yaitu anak yang fungsi intelektual umum yang secara nyata berada di bawah rata – rata bersama dalam kekurangan tingkah laku penyesuaian dan berlangsung pada masa perkembangannya.

B.    KLASIFIKASI ANAK TUNA GRAHITA

Klasifikasi yang di gunakan sekarang adalah sebagai berikut :
1.     Mild mental retardation (tunagrahita IQnya 70 – 55 ringan).
2.     Moderate mental retardation (tunagrahita IQnya 55 – 40 sedang).
3.     Profound mental retardation (tunagrahita IQnya 25 ke bawah sangat berat).

C.    PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN

1.     Penyebab Ketunagrahitaan
a.      Penyebab genetik dan kromosom
Ini di sebabkan dari gen orang tua yang mengalami kekurangan produksi enzim.
b.     Penyebab Pada Prakelahiran
Ini disebabkan penyakit Rubbela (campak Jerman) pada janin
c.      Penyebab pada saat kelahiran
Di sebabkan karena kelahiran prematur
d.     Penyebab – Penyebab Selama Masa Perkembangan Anak – Anak dan Remaja
Ini disebabkan karena adanya penyakit radang selaput otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak.

2.     Usaha Pencegahan Ketunagrahitaan
Alternatif yang dapat di lakukan di antaranya adalah mengadakan penyuluhan genetik, pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil, sanitasi lingkungan, imunisasi, intervensi dini, dan diet sesuai ahli kesehatan.

KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNAGRAHITAAN

A.    DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM

1.     Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
a.      Apa bila mereka di beri pelajaran matematika hanya berkisar beberapa menit mereka akan mengatakan bosan, susah, mengantuk.
b.     Apa bila anak normal mendapatkan mainan baru ia langsung memainkannya dengan memeriksa mainan itu. Akan tetapi sebaliknya tidak jarang anak tuna grahita akan diam.
2.     Dampak Sosial/Emosional
Damapak sosial/emosional tunagrahita dapat berasal dari ketidak mampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma sosial dan pandangan masyarakat yang masih menyamakan keberadaan anak tunagrahita dengan anggota masyarakat lainnyaatau masysrakat masih menggap bahwa anak tuna grahita tidak dapat berbuat sesuatu karena kutunagrahitaan.
3.     Dampak Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal.

B.    DAMPAK DITINJAU DARI TINGKAT KETUNAGRAHITAAN

1.     Tunagrahita Ringan
Anak yang tunagrahitanya ringan masih mampu melakukan kegiatan bina diri seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi, adaptasi sosial, dan melakukan tata laksana rumah sehingga dalam hal ini mereka tidak tergantung dengan orang lain.
2.     Tunagrahita Sedang
Anak yang ketunagrahitaannya sedang tidak dapat melakukan kegiatan bina diri khususnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, mereka akan sedikit menggantungkan dirinya kepada orang tua atau orang terdekatnya.


3.     Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Dampak ketunagrahitaan pada tingkat ini lebih berat dari yang dikemukakan diatas. Karena itu mereka membutuhkan bantuan secara terus menerus dalam kehidupannya.

C.    DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA KETUNAGRAHITAAN

Disamping dampak ketunagrahitaan menurut tingkat ketunagrahitaan, waktu munculnya ketunagrahitaan pun mempengaruhi hambatan yang diderita oleh anak. Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan baik terhadap rangsangan yang di perolehnya.
Dampak ketunagrahitaan pada masa sekolah penting dikenal oleh guru karena kebanyakan mereka langsung masuk sekolah ke sekolah biasa. Bisanya anak yang masuk kesekolah umum tergolong tunagrahita ringan karena tidak memperlihatkan ciri – ciri khusus dalam segi fisik.
Selanjutnya dampak ketunagrahitaan pada masa puber adalah pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berfikir dan kepribadian berada dibawah usianya.

KEGIATAN BELAJAR 3
KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

A.    KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA

1.     Kebutuhan Pendidikan
Sama dengan anak normal anak tunagrahita juga membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu.
2.     Kebutuhan Sosial dan Ekonomi
Tunagrahita sebagaimana individu pada umumnya membutuhkan sosialisasi. Namun, untuk mewujudkan kebutuhan itu mereka mengalami kesulitan karena kelainannya, dan respon lingkungan yang kurang memahami keberadaan anak tunagrahita.
3.     Kebutuhan Fisisk dan Kesehatan
Kebutuhan fisik dan kesehatan erat kaitannya dengan derajat ketunagrahitaan. Bagi tuagrahita sedang dan berat kemungkinan mereka mengalami gangguan fisik dan ketidak mampuan dalam memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami sakit.

B.    Profil Pendidikan Anak Tunagrahita

1.     Tujuan Pendidikan Anak tunagrahita
a.      Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan
1)     Agar dapat mengurus dan membina diri.
2)     Agar dapat bergaul di masyarakat.
3)     Agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya
b.     Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang
1)     Agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian dan kebersihan badan.
2)     Agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan teman.
3)     Agar dapat mengerjakan sesuatu secara sederhana dan rutin.
c.      Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat
1)     Agar dapat mengurus diri secara sederhana.
2)     Agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat.
3)     Agar dapat bergembira
2.     Ciri Khas Pelayanan
Ciri – ciri khusus
1)     Bahasa yang digunakan
Bahasa yang di gunakan adalah bahasa yang sederhana, tidak berbelit, jelas, dan gunakan kata – kata yang sering di dengar oleh anak.
2)     Penempatan anak tunagrahita di kelas
Anak tunagrahita di tempatkan di bagian depan kelas dan berdekatan dengan anak yang kira – kira hampir sama kemampuannya.
3)     Ketersedian program khusus
Sebaiknya perlu disediakan progran khusus untuk anak tunagrahita yang kemingkinan mengalami kesulitan.
3.     Materi
Materi pelajaran untuk anak tuna grahita harus lebih mengutamakan materi pelajaran yang mempunyai ciri kecapatan motorik atau yang mengandung unsur – unsur praktik.
4.     Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita akan mendukung tercapainya suasana belajar yang baik dan pada akhirnya tercapai tujuan belajar. Strategi yang mungkin efektif yang di gunakan pada sekolah umum adalah setrategi pembelajaran yang diindividulisasikan dan kooperatif dan modifikasi tingkah laku.
5.     Media
Media yang digunakan pada anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa.
6.     Sarana
Sarana belajar untuk anak tunagrahita adalah sama dengan sarana yang digunakan pada pendidikan pada umumnya.
7.     Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang ada pada pendidikan anak tunagrahita adalah perlunya alat terapi bicara, alat permainan, miniatur yang berkaitan dengan pelajaran.

8.     Evaluasi
Evalusi anak tunagrahita mengacu pada evaluasi belajar anak biasa. Hanya saja perlu dimodifikasi dalam waktu pelaksanaan evaluasi, alat evaluasi, kriteria keberhasilan dan pencatatan hasil evaluasi.




































MODUL 9
MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD BIASA

KEGIATAN BELAJAR 1
IDENTIFIKASI DAN ASASMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


A.    IDENTIFIKASI ABK

Tujuan utama identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan dan jenis kelainan yang di sandangnya. Identifikasi di dasarkan pada asumsi bahwa anak – anak yang menyandang kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang sedikit banyak berbeda dari yang semestinya. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti obsevasi, wawancara, dan tes sederhana. Keberhasilan identifikasi tergantung dari banyak faktor, antara laian mantapnya pengetahuan guru tentang karakteristik perilaku ABK dari berbagai jenis, serta kepekaan guru terhadap munculnya gejala kelainan.

B.    ASAAMEN

Asamen adalah satu proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi tetang perilaku anak yeng berkaitan dengan pendidikan, yang hasilnya kan digunakan untuk penempatan dan mengembangkan program pendidikan untuk anak tersebut. Asamen biasanya bersifat sangat formal dan ketat, melibatkan satu tim yang terdiri dari para pendidik dan para ahli dari bidang kelinan terkait. Instrumen yang digunakan pada umumnya berupa tes, baik yang bersifat formal maupun informal. Namun untuk situasi Indonesia, lebih – lebih untk asamen ABK yang mungkin ada disekolah biasa, instrumen yang digunakan adalah instrumen informal, yang dapat dibuat oleh guru sendiri.
Asesmen mempunyai 5 kode etik yaitu :
1.     Tanpa kecerobohan
2.     Tanpa jalan pintas
3.     Objektif dalam memberi skor
4.     Anggota tim tidak diwakili
5.     Tidak diskriminatif
Yang wajib ditaati oleh para guru/para profesional yang melakukan asasmen.





KEGIATAN BELAJAR 2
TINDAK LANJUT PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK

A.    MENGIDENTIFIKASI JENIS LAYANAN PENDIDIKAN YANG DI BUTUHKAN ABK

Penetapan jenis layanan pendidikan di lakukan melalui langkah – langkah yaitu :
1.     Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa.
2.     Mendekriksikan kemampuan nyata yang dikusai berdasarkan hasil asamen.
3.     Membandingkan kemampuan ideal dengan kemampuan nyata
4.     Mendeskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal dengan kemampuan nyata.

B.    MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN

Hasil asamen dan segala usaha untk menafsirkan kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK yang ada di kelas kita tidak akan ada artinya, jika tidak kita tindaklanjuti dengan pengembangan program. Idealnya pengembangan program ini di lakukan juga oleh sebuah tim yang menangani ini sejak tahap identifikasi. Program yang disusun adalah Program Pengajaran Yang Individual (PPI) karena memang program tersebut di peruntukkan bagi anak secara individual. PPI memuat identitas siswa secara jelas, lengkap dengan masalah dan kemampuan yang dikuasai, serta di lengkapi dengan komponen rancangan pembelajaran, yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan penilaian.

C.    PELAKSANAAN PROGRAM

Bagi anak tertentu yang tidak mungkinditangani oleh guru, perlu dilakukan tindakan yaitu merujuk atau mengirim siswa ke ahli lain untuk asasmen dan pelayanan program.
Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai hal yang diperlukan seperti :
1.     Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.
2.     Materi pelajaran serta media yang diperlukan.
3.     Lembar observasi.

D.    PENILAIAN PROGRAM PELAYANAN PENDIDIKAN


Penilaian program dilakukan selama layanan pendidikan diberikan dan pada akhir program. Hasil penilaian dalam proses di gunakan untuk perbaikan langsung, sedangkan hasil penilaian akhir di gunakan untuk menkaji ulang seluruh komponen program. Kolaborasi dengan anggota tim dilakukan sejak perencanaan sampai dengan penilaian program.